Tuesday, December 16, 2014

"Aku berhenti minta didengar." 
Aku berujar seraya menatap matamu tajam. 
“Minumlah! Cokelat dapat membuat perasaan lebih baik.” 
Kamu menyodorkan cangkir berwarna putih berisi coklat hangat. 
Aku meraih cangkirnya, menyesapnya menikmati coklat hangat yang terasa hambar mulai masuk dalam tubuhku. Tiba-tiba kamu berpindah duduk kesampingku, melingkarkan tangan kananmu dipinggangku menarik tubuhku agar lebih dekat denganmu hingga tidak ada lagi jarak. Dan aku tak mampu menahan keinginan untuk menyandarkan kepala dibahumu. Saat itu seketika air mataku jatuh mengalir tak tertahankan.
“Sudahlah, jangan bicara lagi. Lihat kau kurus karena terlalu banyak bicara.” 
Kamu merangkulku semakin erat.
“Maafkan aku karena tak punya banyak waktu untuk kita. Bahkan hanya untuk mendengar ceritamu tentang apa saja yang terjadi disetiap harimu.”
Kamu melanjutkan bicara dengan nada melemah.
“Bukan kamu yang salah, harusnya aku yang mengerti. Mungkin kamu lelah.” 
Aku berusaha menimpali dengan terisak dengan kepala masih dibahumu.
“Dengar… Aku mencintaimu. Apa itu tidak cukup?” 
Kali ini nada bicaramu meninggi.
“Aku mengerti.” 
Aku menjawab singkat.
Kemudian kami membisu untuk waktu yang lama. Sepertinya aku terlelap dibahunya. Aku lelah…

No comments:

Post a Comment