Friday, December 18, 2015

JOGJAKARTA! : Traveling Alone is Fun

Traveling selalu memunculkan berbagai cerita yang menarik. Setiap manusia pada dasarnya adalah pejalan. We are all travelers. Walau ketakutan saat memulai berjalan selalu ada, tapi begitu sudah menemukan enaknya traveling, we just can’t stop. Begitu juga dengan traveling sendirian. Traveling alone is somehow scary for few people. Went to Jogja last week for a little getaway. It was really refreshing and to be honest I didn’t expect it to be THAT FUN!
Pantai Baron 
Pantai Sepanjang
Jalan Prawirotaman
Prawirotaman
Candi Borobudur
Candi Prambanan 
candi Ratu Boko
Taman Sari
Keraton Jogja
Pasar Tradisional Prawirotaman
Berkelana di Yogyakarta, merasakan sudut kotanya yang sangat berbeda dengan Jakarta. Bahkan manusia-manusianya juga berbeda, harga makanannya apalagi. Gue sengaja gak menulis banyak tentang Jogja karena gue berencana akan kembali lagi ke Jogja untuk tulisan yang lebih panjang hehe. I had an amazing and super fun trip! you should visit this city with your friends too, you’ll have an amazing time! 

Traveled in 11-13 Dec 2015

xo,
Achel


Tuesday, November 24, 2015










Dari mereka gue banyak belajar mengenai arti hidup, kemanusiaan, menulis, dan cinta. Terima kasih sudah menginspirasi gue dengan karya-karyanya. :")

Thursday, November 19, 2015

Komodo Island: Too Beautiful!


There are so many beautiful paradise that can be found in the Indonesian archipelago. It is an endless talk about the natural beauty of Nusa Tenggara. The hills, sea and beaches, everything there is beautifully enchanting. Moreover, travelers will be pampered by the untouched piece of pure nature. Sudah sampe di bagian kedua yang mana adalah bagian terakhir dari potongan cerita gue sailing ke Komodo. After a loooong hour on the boat (thank's God I had super great sleep), we arrived at Komodo Archipelago yay! Dan di bagian ini adalah bagian yang sempurna. Meski seluruh sempurna adalah milik Yang Kuasa, tapi tetap ini yang paling pas. Paling dinanti dari perjalanan panjang dari Lombok. Dan memang benar kata si Eaz, sang backpacker yang gue kenal dari twitter, Labuan Bajo dengan pulau di sekitarnya adalah yang paling bagus, yang paling indah, yang paling sempurna. Sejak dinobatkan menjadi  “New 7 Wonders of Nature”, Taman Nasional Komodo menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia. Banyak wisatawan asing maupun lokal yang berbondong-bondong datang untuk bertemu kadal besar langka yang hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Komodo.Taman Nasional Komodo terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di antara Pulau Flores dan Pulau Sumbawa. Kawasan Taman Nasional ini meliputi wilayah daratan dan lautan dengan beberapa pulau, antara lain Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, serta beberapa pulau kecil. Tempat penyeberangan terdekat menuju kawasan Taman Nasional Komodo adalah Labuan Bajo, kota pelabuhan yang terletak di sisi barat Pulau Flores. Untuk mengunjungi Taman Nasional Komodo, gue melakukan live on board selama 2 hari seperti cerita gue sebelumnya. Namun jika tidak punya banyak waktu, bisa kok, melakukan one day trip ke Pulau Komodo. Harga sewa kapal untuk sailing trip ini bervariasi, tergantung fasilitas dan besar kapal. Sewa kapal kecil berkisar 2,5 juta untuk live on board selama 2 hari.
Setelah kapal bersandar, gue langsung menuju ke pelabuhan Labuan Bajo. Labuan Bajo with its charm and natural beauty is part of Komodo National Park. It is a region in the western tip of Flores with unparallel views of the beach. Dalam perjalanan gue menikmati pemandangan alam yang bagus dengan penduduk asli Flores yang sedang menjalankan kehidupan sehari-hari. Benar-benar sebuat “potret kehidupan” dan “lukisan pagi” yang menawan. Gue juga bisa melihat pelabuhan dari bukit yang tinggi. Tidak hanya kapal-kapal rakyat dan kargo, namun terlihat juga banyak kapal-kapal layar/yatch yang cukup mewah bersandar di pelabuhan tsb. Pelabuhan ini, memiliki kebersihan dengan tingkatan cukup tinggi. Jauh banget deh, kalau dibandingkan dengan pelabuhan2 di kota-kota di  Jawa. Ternyata kapal yang disiapkan untuk mengantarkan gue untuk menjelajahi pulau-pulau disekitar Pulau Komodo, telah siap bersandar. Either morning or evening, Labuan Bajo offers a lot of unique experiences.
Pelabuhan Labuan Bajo
Our first destination of course Taman Nasional Komodo. The most awaited moments in this trip (amongst those mad beautiful beaches) is to see the komodo a.k.a the Dragons in their original habitat. Before I told you little story about the Dragons, let me show you the one and only most horrible creatures yet the biggest lizard in the world from our beloved country, THE DRAGONS!  
They can go from slow walking to run fast immediately
The dragons in Loh Liang Walking Trails
Calm and Confident
Habitat komodo di Indonesia tersebar di beberapa pulau di Nusa Tenggara, terutama di Komodo, Rinca, Flores, Gili Dasami dan Gili Motang. Sebagai hewan yang paling purba/langka, pemerintah membangun Taman Nasional Komodo (TNK) untuk menjaga mereka berada di dua tempat, Loh Liang dan Loh Buaya (Pulau Rinca). Populasi komodo di Loh Liang dan Loh Buaya meningkat setiap tahun dan sekarang ada sekitar ± 2.500 komodo di setiap pulau. Sesuai dengan namanya, kawasan ini merupakan rumah bagi ribuan ekor komodo (Varanus komodoensis) yang tersebar di antara haparan tanah, sabana, pantai, rawa bakau, dan liang-liang. Satwa berkemampuan bionic ini mampu melihat sejauh 300 meter, mendeteksi bangkai daging sejauh 4 -10 kilometer, berlari cepat hingga 20km/jam, berenang, menyelam, dan memanjat pohon. Jika beruntung, kita dapat melihat bagaimana sang naga berburu mangsa, seperti rusa dan babi hutan. Binatang ini memiliki gigitan maut yang konon racun dan ludahnya mampu melumpuhkan calon mangsanya. Setelah digigit, mangsanya akan terluka beberapa hari dan mati. Let's go to the worst case of komodo chasing you. There are two options: run zigzag since komodo dragon cannot switch direction instantly, or climb a tree. But other than those two, it always better avoid that by obeying those safety rules. As long as you obey the safety rules, it's safe.
Sulphurea hill pulau komodo
pohon gersang di pulau komodo
Perjalanan dilanjutkan menuju hutan asam dan bukit sulphurea. Dari atas bukit ini kita bisa meluaskan pandangan melihat perbukitan pulau komodo dan luasnya laut. Matahari juga seolah memberikan bonus panas yang luar biasa. Memang saat gue berkunjung ke pulau ini adalah musim kemarau. Matahari bersinar begitu terik, dan rumput-rumput di pulau ini juga terlihat sudah menguning bahkan di beberapa tempat sudah mati. To see the dragons both in Loh Buaya and Loh Liang we should take a walking trail. There are 4 kind of walking trails. short trek, medium trek, long trek and adventure trek. Each trek have its estimated walking time around 1 hour to 1 day walking. The walking tour will be companied by the Ranger, the KNP's staff who are good in dealing with the dragons.
I can assure you that I'm able to run with this outfit
Menari di dermaga Loh Liang 

After Taman Nasional Komodo, we proceeded to Pink Beach! This beach has become the world’s most-talked beach since the sand is red (some said it’s pink). Actually, the sand colour is red made from the coral rubble a long history ago, but it is appear pink when the sun is shining brighter. Sebagai  negara kepulauan, Indonesia kaya sekali dengan objek wisata pantai. Dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di posisi ujung timur bentangan pantai nya tidak terukur. Pasir putih dan hitam menghiasi sepanjang pantai yang membentang luas. Namun ada satu lagi yang menarik dari pantai-pantai di negeri ini, Sebuah pantai dengan pasirnya yang berwarna Pink (merah muda) dengan pesona underwater yang memukau. Di dunia ada 8 pantai yang pasirnya berwana pink (Pink Beach). Dua diantaranya punya Indonesia nih, yaitu ada di Taman Nasional Komodo, Flores dan di Jerowaru, Lombok Timur, Lombok. Pink Beach yang ini letaknya di sebelah barat Pulau Komodo. Menuju kesana bisa dengan dua cara, yaitu trekking yang memakan waktu 4,5 jam atau menggunakan kapal selama 30 menit. Kebanyakan turis datang kemari menggunakan kapal yang ditambatkan tidak jauh dari pantai. Kapal kami yang bersandar jauh dari pantai, demi menjaga keasrian terumbu karang dibawahnya. Tidak diperbolehkan untuk membuang jarang dikapal ini, sehingga awak kapal mengikatkan kapalnya pada sebuah kapal kosong, yang telah disediakan. Adapun kapal kosong tersebut mengikatkan diri, pada pulau dengan seutas tambang. Tanpa alat diving, cukup dengan peralatan snorkling.

Pink Beach or Red Beach is definitely one of the most famous beaches in Komodo Island. The pinkish-sand was caused by the surrounding coral debris. The clear blue sea water combined with rich diversity of underwater flora and animals, make Pink Beach as one of the popular snorkeling and diving spots on the islands of Komodo. 


The perfect time to enjoy the pink beach is actually in the afternoon til the sun is set since the red sand will release its best colour. Even though we came when the sun was right above our head, it still gave us the perfect view ever! And of course this time my skin was getting soooooo tanning! Ternyata keindahan pantai, diimbangi dengan keindahan dunia bawah laut. Selain pantainya yang menarik, di dalam lautnya juga kaya akan isinya yang katanya nih meliputi 1000 jenis ikan, ratusan jenis karang dan koral, dan 70 jenis tanaman sponge yang hidup. Dengan mata telanjang pun, kita bisa melihat keindahan terumbu dan ikan bawah laut. Ternyata terumbu tersebut tumbuh tidak lebih dari 4 meter dibawah laut. Kemudian kapal kami segera berlabuh sekitar 15 meter dari bibir pantai. Saking tenangnya, permukaan air ini, terlihat seperti permukaan kaca, tanpa riak sekecil-pun. Persis seperti kata pepatah “Air tenang menghanyutkan”. Benar saja air laut disini memiliki arus yang cukup kuat akibat adanya pertemuan air laut tropis dari utara dan air laut dari selatan. Makanya bagi yang mau menyelam ataupun snorkeling disini perlu hati-hati terbawa oleh arus.


I can't believe it that there's such a beautiful vibrant coral life just a swim away from the beach!
You probably won't see this anymore if you don't care

"Dahulu karang di sini bagus sekali, bahkan kapal tidak boleh merapat ke darat," ujar salah satu awak kapal gue. Cukup membuat gue kecewa saat mendengarnya tapi masih ada sejumlah karang indah yang memberikan gue kesempatan untuk mendapatkan foto-foto menarik di bawah laut, namun sebagian karang terutama yang dekat dengan pantai sudah rusak sebagian besar.  Koral perlu waktu sangat lama untuk tumbuh kembali, ada beberapa koral yang membutuhkan waktu tahunan untuk tumbuh satu sentimeter saja. Bayangkan betapa banyaknya koral yang patah karena dipegang, diinjak, ditabrak dan jika terus terjadi saya pikir tidak akan ada lagi koral cantik di Pink Beach. Sayang sekali jika Pink Beach hanya jadi pantai yang indah di atas permukaan saja. Tidak ada yang melarang snorkeling di Pink Beach. Namun ingat untuk golden rule saat snorkeling atau menyelam: jangan menyentuh, jangan menginjak. Usually, if you have a nice white sand beach there is no good snorkeling area  and vice versa. But the Pink Beach is an exception and you must snorkel to believe :)
You can hike to the highest vantage point and appreciate the pinkness of the sand and beauty of the entire cove.
Natural conditions are still clean naturally presenting awesome charm. Hills extending from the end of the beach to the other end as keeping this beach. Conditions of deserted beaches and uninhabited give the impression of exclusivity for anyone who comes. Located in beautiful and exotic beach is certainly a lot of fun and relaxation activities interesting to do. Selalu lebih menyenangkan menikmati dengan mata, kamera hanya untuk jadi memori yang bisa kita bagi dengan teman-teman dan tentunya gue akan selalu ingin berkunjung ke tempat yang indah, bayangkan jika kita datang lagi dan kondisinya sudah berubah, tentu menyedihkan. So, Please start caring!

Rinca Island is one of another island in Flores where komodo lives. The place itself called Loh Buaya. Once the boat approaching the port, we walked in to the site and met our rangers. We’re going to tracking, searching for Komodo once more time. Memang, sejak datang di dermaga Rinca ini kesan wildlife lebih terasa. Rinca lebih gersang, lebih banyak perbukitan terbuka disini. Pohon lontar sangat banyak. Dan katanya, komodo disini jauh lebih besar. Karena sumber makanan komodo seperti rusa dan banteng liar juga bertebaran lebih banyak disini. Some asked: if you’ve been to Komodo Island, why should go to Rinca island? How Rinca differentiate from Komodo are; First the size of Komodo said smaller than those in Komodo Island. However, Second, they’re more aggressive than komodo in Komodo Islands. They are also more sensitive of movements and sounds. Tidak lama, gue menemukan seorang komodo sedang berjalan di tengah hutan. Setidaknya ia tidak malas seperti yang ada di pulau Komodo. Cara berjalannya sangat anggun, sangat hati-hati, dan sangat percaya diri, seakan ia adalah raja. Tetapi tak lama kemudian ia menghilang di semak-semak. The rangers told me to move away slowly and not panic.


In Rinca Island, komodo also live freely, wild in the nature. So they’re practically everywhere they want to move. It doesn’t matter whether there’re people, or cement path, or houses. They didn’t care anything. Saat trekking ada beberapa tempat ranger akan berhenti dan menunjukkan, seperti di area lubang untuk bertelur. "Komodo akan menggali beberapa kali terlebih dahulu, jauh sebelum bertelur," tambah ranger yang menunjukkan komodo besar menggali pasir saat kami datang. Anyway, we started tracking inside the woods of the island. We took long path, to search for komodo. Saat sudah puas melihat komodo, kita tanpa sadar sudah ada di padang rumput dengan view yang indah. Gue datang di saat daun mengering dan justru bagi gue pemandangan jadi jauh lebih indah. Tapi ada satu lokasi yang jadi ciri khas Pulau Rinca, satu titik untuk mendapatkan view spektakuler di area Taman Nasional Komodo. Tidak perlu waktu lama, dalam perjalanan pendek pun kita akan menemukan bukit dimana kita dapat melihat birunya laut berpadu dengan kontur pulau di Taman Nasional Komodo, dan birunya langit semakin menyempurnakan pemandangan yang gue lihat saat itu. We ended our tracking path. We walked out from the woods and faced the open space with the green hills, so beautiful like this.

Could not resist not to take pictures
I didn’t think at first that one day in Flores could be that compact with full activities. I though I would just had two posts for five days I was there. Just when I started writing the second part, I realized that the photos of everything during the trip were just too beautiful that I don’t want to miss a single of them just because of the space limitation (even tough there isn’t) or afraid writing too long post. Then it turned out I started to break it to some few posts. And here you go, the last part of second post! Perjalanan sailing trip dari Pink Beach berlanjut ke destinasi yang paling gue tunggu tunggu yaitu Gili Laba atau bisa juga disebut Gili lawa darat/laut. Kapal terhenti di pinggir sebuah pulau kecil. Gue dikelilingi beberapa pulau besar. Tetapi, semua pulau bertekstur sama. Bukit gersang berwarna kekuningan yang ditumbuhi semak-semak jarang adalah pemandangan yang biasa disini. Tetapi tetap saja luar biasa bagi gue, this is not something what you see everyday. Nusa tenggara memang mempunyai salah satu landscape terkeren di Indonesia. Gili Laba, one of the beautiful island with super beautiful hills which we can see the beaufitul Komodo archipelago from its peak.
It was soooo beautiful as I could see. But hey! Wait until we climbed it.
To reach the top, we should climb the hills for about 30 minutes (without stop). Awalnya agak sepele sama jalurnya tapi ternyata nanjak banget broooh! Lumayan bikin ngos-ngosan dan ditambah teriknya matahari Flores, perjalanan ini tidak bisa dibilang mudah. Tapi setiap kali merasa capek dan putus asa untuk melanjutkan perjalanan ke atas, lihatlah pemandangan di sekitar, dan yakinkan diri bahwa di atas sana pasti pemandangannya akan berkali-kali lipat bagusnya. Setelah sekitar 45 menit mendaki, akhirnya sampai juga di atas. Pemandangannya magical! Garis-garis Pulau Komodo dan Pulau Gili Lawa Darat membentuk pemandangan yang luar biasa sekali. Tempat terbaik adalah di puncak pertama, dengan pemandangan pantai area masuk jalur trekking Gili Laba dimana kita dapat melihat kapal-kapal bersandar di dekat area dangkal dengan pasir putih dan koral yang terlihat jelas dari ketinggian, stunning!
Indonesia never fails to take my breath away over and over again!
One of the things I want to highlight about this trip was the kindness of the people I met. Our guides were so so helpful. During the climb, every time I stopped out of breath, he always supported me like “COMEEE ONNN! We’re already 50% way!” though when I raised my head I was like (damn, still so far away). And along the way he shouted “Everytime you’re tired, just stop and take a look on your back. Turn your head! Awesome view right? The view above, the peak will be betteeeer!!!”. And then I turned my head back and gasped. Masha'Allah, Allah is great. These awesome view faced me. Dalam hati gue sedikit mensyukuri mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk berwisata ke Indonesia Timur. Sedikit egois memang, tapi melihat pemandangan yang begitu alami yang masih jauh dari usikan tangan-tangan jahil wisatawan yang (seringnya) lupa untuk menjaga, membuat gue bersyukur. Biarlah terus seperti ini, agar menjadi pusaka bangsa yang abadi. Kamera gue tidak berhenti mengabadikan setiap sudut Gili Laba. Setiap sudutnya sangat fotogenik. Ratusan foto gue ambil sembari tak henti mengucap kagum kepada Sang Pencipta. Gue percaya, Dia menaruh banyak 'surga' kecil di Indonesia, dan salah satunya bernama Gili Laba. Sisihkanlah sebagian uang dan waktumu untuk pergi ke surga-surga itu. Maka kamu (mudah-mudahan) tidak akan menyesal. I’m so so so thankful to get the opportunity exploring this part of Indonesia. I don’t think I would ever get bored of the scenery.

fiuuh  this is the very first long post I’ve ever made. Oh God, thanks to brought me to this little heaven. I really don’t wanna go hooooomee *wipingtears*. That’s my entire journey during the Komodo Sailing Trip. Never had such memorable trip before with beautiful islands and beaches, super mad and friendly new friends, fantastic stargazing time during our boat stay a night in Komodo Island, and of course finally I have a courage to say to other people that INDONESIA IS DAMN BEAUTIFUL! Do not compare it with Maldives or other countries until you see it with your own eyes. So, pack your bag and travel Indonesia!  

Tips:
  • This is of course a backpacking trip. So, prepare yourself to live 5 days in a boat. Do not expect luxurious services unless you pay more than IDR7 million only for the boat like the ‘bules’ did
  • The boat is very proper for backpackers. There are mattress, pillow and blanket. Bring your jacket since the wind during the night is very freezing
  • Bring as many snacks as possible. Sometimes the trip leader asks us to share snacks, it costs around IDR100,000 per person for 5 nights (we buy the snacks before heading the boat). Very worthy since you must be thirsty and hungry after snorkelling and hiking
  • Bring sunblock and after sunblock. The sun is shining soooo brighter and will burn your skin! Trust me!
  • Bring Ipod, Mp3 or whatsoever, the sound of boat machine will accompany you during your sleep hehehe
  • Bring your own snorkel gears including fins since the gears on the boat is not good in quality
  • During walking trail in Komodo Island, please stay in group and stay quiet, the dragons might suddenly chased you if you do sudden movement near them
  • Menstruating woman should stay near the Rangers since the dragons can smell the blood as far as 9-12 miles.
  • Last but not least bring your fabulous bikinis baby! 
Traveled in 22-24 July 2015

Xo,
Marcellina Rahmadini