Thursday, March 10, 2016

Palsu

Ada yang bilang dunia ini palsu. Aku sepakat.

Semua orang saling menonjolkan diri. Mereka semua ingin menjadi manusia yang berarti. Mereka saling memengaruhi. Mereka berpolitik. Mereka merayu untuk membuat suatu aliansi. Mereka mengatasnamakan kepedulian, mengatasnamakan negeri yang selalu dibilang menyedihkan. Mereka bilang mereka memperjuangkan hak. Mereka bilang korupsi harus diberantas padahal untuk hadir tepat waktu pun mereka masih susah. Mereka tidak menyadari bahwa waktu pun sering mereka korupsi dengan ketakberartian yang sering mereka lakukan. Mereka mengatasnamakan warga miskin tanpa mereka sadari apa saja yang sebenarnya membuat warga itu miskin. Mereka berdemonstrasi, meneriaki sebuah kebijakan, mengkrtisi banyak hal yang katanya atas dasar keilmuan, lalu mengibarkan bendera untuk menunjukkan ‘warna’ padahal tak semua putih adalah bersih, pun tak semua hitam adalah kotor.

Manusia senang sekali memberikan label kepada orang lain, iya mereka senang sekali. ketika kita hidup di dunia serba berlabel, maka pasanglah ikat kepala lebih kencang. Sejatinya kadang kita hidup dalam persepsi orang lain. Hidup dengan mempertahankan citra-citra yang diberikan orang lain kepada kita. Label yang mereka tempelkan kepada kita dan banyak orang yang senang hati dan rela bersusah payah mempertahankan label tersebut. Lebih banyak lagi yang berusaha mengejar-ngejar label tersebut.

Itulah kehidupan saat ini, dimana persepsi orang terhadap diri kita ternyata menjadi begitu penting. Banyak orang yang kehilangan dirinya sendiri, berusaha menjadi orang dengan banyak label. Jika kamu dinilai agamis oleh orang lain, maka haram bagimu bertindak cela. Lupa sungguh lupa manusia itu letaknya lupa dan salah.

Aku tidak peduli dengan label yang mereka berikan, selama aku bisa manjadi diri sendiri dan bermanfaat untuk orang lain. Bagiku label mu itu tidak banyak berarti. Aku bisa menjadi benar dan bisa menjadi lupa.

Seharusnya kepada Tuhan lah dia mengharapkan label terbaik, bukan dari manusia dan bukan kepada manusia ia mengharapkan. Dalam menjalani hidup ini. Akan ada saja kita temui orang yang baik dan menyukai kita, atau orang yang pura-pura baik tapi tidak menyukai kita, ada pula yang tidak baik dan tidak menyukai kita. Ada saja.

Dalam interaksi sosial manusia memang pandai memanipulasi sikapnya ke orang lain. Dan dalam hal yang sama pula, banyak yang menganggapnya tidak penting, terutama untuk orang kedua dan ketiga. Ada yang memikirkannya begitu serius. Aku sendiri menganggapnya tidak penting. Biarkan orang lain kelelahan menahan-nahan sikapnya, atau ketidaksukaannya kepadaku. Hal itu hanya akan menghabiskan energi jika dilayani. Biarkanlah mereka sibuk dalam pikirannya sendiri. Sibuk dengan asumsinya. Dan kita, tetaplah menjalani hari ini sebagaimana biasanya. Memberikan hal-hal baik dan menjadi orang yang tulus kepada semua orang. Berbuat baik kepada semua makhluk hidup. Tidak perlu memusingkan sikap orang lain kepada kita. Selama kita berbuat baik, dalam hidup akan selalu saja ada orang yang tidak suka. Ya memang seperti itulah hidup. Sampai kapan kita akan mengurusi hal-hal yang tidak begitu penting seperti itu. Biarkan mereka lelah sendiri. Dan kita tetaplah menjadi pribadi yang terus menerus berbuat baik.

Hilangkanlah rasa pamrih, memberi sesuatu karena ingin mendapat sesuatu. Ketulusan bernilai sangat besar dalam membangun sebuah silaturahmi yang baik dan lebih erat.  Mari sibukkan diri dengan hal yang jauh lebih bermanfaat daripada memikirkan sikap orang lain kepada kita. Percayalah, bahwa sikapnya tidak akan berdampak besar terhadap hidupmu, kecuali kamu mulai membenamkan diri dalam asumsi-asumsi terhadapnya. Akan selalu ada yang suka dan tidak suka. Itu pasti. Tapi, cara menyikapinya menjadi hak mutlak pilihan kita.


xoxo,

Marcellina Rahmadini

Tuesday, February 23, 2016

Jangan Nonton Film - Film India Berikut Ini

Salah satu kesukaan gue untuk mengurangi stress karena kerja ataupun kemacetan Jakarta adalah menonton film (selain traveling tentunya). Ini kali pertama di blog ini gue nulis Review Film ala Marcellina Rahmadini. Ada pertanyaan dari salah satu temen gue apa Film yang menginspirasi – What movie are you? Nah, kalau ditanya gini, gue walaupun penggemar film abal-abal agak susah juga menjawabnya. Banyak banget film yang bagus menurut gue. Dan definisi bagus tidaknya sebuah film adalah kalau film itu memberikan nilai yang bisa gue terapkan dalam kehidupan. Ya semacam Life Learning gitu deh. Itu juga kriteria film yang menginspirasi kan ya. Tapi gak semua film yang gue tonton seperti itu. Baru-baru ini, gue menonton beberapa film India (Bollywood) yang tak seperti biasa. Film-film India yang sebelumnya kita ‘remehkan’ karena ceritanya ‘itu-itu aja’ dan pasti banyak nyanyi-goyang ternyata bisa saja tampil beda. Kenapa film India sih? Ya, karena film India film favorit gue sedari kecil. haha
Berikut ini 3 Film India Yang Menginspirasi versi gue – these movies are so me, inilah kalau ditanya memang film gue banget.

1. Taare Zameen Par

The Movie
Jadi Taare Zameen Par ini adalah film tahun 2007, yang disutradarai & diproduksi oleh Aamir Khan (yang ternyata juga aktor film ini) keluaran PVR Pictures. Berkisah tentang Ishaan Awasthi seorang anak  usia 9 tahun yang tidak menyukai sekolah. Setiap pelajaran dirasakan sulit baginya dan ia terus-menerus gagal ujian. sehingga Ishaan sering sekali mendapat hukuman dari guru-gurunya disekolah dan menjadi korban bullying teman-teman sekolahnya. Baik di sekolah maupun dirumah Ishaan selalu mendapatkan labeling negatif oleh guru dan lingkungannya seperti, nakal, bodoh, idiot, tidak tahu malu dsb. Kondisi di rumah, Ayahnya, Nandkishore Awasthi, adalah seorang eksekutif sibuk yang sukses dan mengharapkan yang terbaik dari anak-anaknya. Ibunya, Maya Awasthi, adalah seorang ibu rumah tangga yang frustrasi oleh ketidakmampuannya untuk membantu Ishaan. Di sisi lain, Kakak Ishaan’s Yohaan adalah seorang pelajar yang cerdas dan berprestasi. Setelah mengetahui kondisi masalah Ishaan, orang tua Ishaan memutuskan bahwa anaknya harus dikirim ke sekolah asrama. 


Suasana kelas dan asrama yang tidak menyenangkan membuat Ishaan semakin frustasi, semua guru menyebutnya bodoh dan Ishaan menerima berbagai hukuman karena tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Keadaan ini semakin membuat Ishaan tertekan dan akhirnya menjadi pendiam dan penyendiri. Ishaan menjadi ketakutan untuk bertemu dengan guru, tidak bersemangat untuk melakukan apapun termasuk menggambar yang tadinya merupakan aktivitas yang paling dia senangi. Keadaan ini terus berlangsung hingga akhirnya datanglah guru seni pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan).

Tidak seperti guru-guru lain yang mengikuti norma-norma yang ada dalam mendidik anak-anak, Nikumbh membuat mereka berpikir keluar dari buku-buku, di luar empat dinding kelas dan imajinasi mereka. Setiap anak di kelas merespon dengan antusiasme yang besar kecuali Ishaan. Terdorong oleh rasa ingin tahu Nikumbh lalu melihat semua buku tulis Ishaan dan akhirnya ia menyadari bahwa Ishaan ternyata mengalami Dyslexia. Nikumbh kemudian berusaha untuk memahami Ishaan dan masalah-masalahnya. Dia membuat orang tua dan guru Ishaan lainnya menyadari bahwa Ishaan bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat sendiri. Dengan waktu, kesabaran dan perawatan Nikumbh berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan yang hilang, serta mau kembali aktif dalam menuangkan imajinasinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi dunianya. 



Cara yang ia gunakan juga bukan menulis dengan pensil atau pena seperti menulis biasa pada umumnya. Seperti contohnya saja ia menulis di kotak pasir saat mengajari Ishaan menulis alfabet. Untuk menulis angka, ia menggunakan papan dengan garis kotak-kotak. Dari huruf yang besar, ia lalu menyusutkannya menjadi huruf yang lebih kecil. Ishaan yang notabene memang lebih menyukai cara belajar yang tidak mengekang, menikmati pelajaran dengan guru barunya itu. Hingga akhirnya Ishaan dapat membaca, menulis dan berhitung, bahkan Ishaan akhirnya memenangkan lomba melukis yang diadakan di sekolahnya dan mendapatkan standing applause atas bakatnya. Sebuah film mengharukan yang ditutup dengan akhir yang Indah, lukisan Ishaan ini akhirnya dicetak dalam buku tahunan sekolah dan dibagikan oleh seluruh siswa dan orang murid yang hadir.

My review


The Bollywood film ‘Taare Zameen Par’ portrays a strong and important message that transcends through culture, race and religion. Pesan yang ingin disampaikan Aamir Khan (sutradara) dalam kisah ini setiap anak adalah pahlawan, selain itu membantu kita melihat seorang anak dalam diri kita sendiri. Tidak ada manusia yang sempurna tak peduli apa posisi dia dalam masyarakat, setiap anak dengan  kemampuan mereka adalah khusus dan berbakat dengan cara mereka sendiri. Film ini bukan hanya tentang penderitaan anak disleksia tetapi juga tentang bagaimana orangtua terbawa oleh perkembangan dunia saat ini dan gagal untuk memahami mimpi anak mereka dan mengembangkan bakat bawaan mereka. Setiap anak adalah spesial dengan berbagai keunikan harapan dan impian yang berbeda-beda. Oleh sebab itu tidak tepat kiranya jika kita (para orang tua dan guru) memasung impian dan harapan mereka. Ijinkan mereka hidup dengan potensi dan keunikan, hargailah apa yang mereka lakukan, maka mereka pun akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat dan cerdas serta mengesankan semua orang. Unlike the conventional bollywood film that consists of romance, comedy, fight scenes, songs and more romance, Taare Zameen Par is not an entertainer, but rather an eye opener. The film touches on a social disorder predominately within the Indian subcontinent and other parts of Asia. Parents are constantly pressuring their children to excel in all areas of life especially school; therefore no one has patience or sympathy toward slow learners. Everyone is required to join the rat race and win it too. 
This film is truly inspiring. Do yourselves a favour. Watch Taare Zameen Par with your child. It will change your world. It will also change the way you look at your kids!
2. 3 Idiots 
The Movie
Film yang disutradarai oleh Rajkumar Hirani (2009) ini menceritakan tiga orang sahabat bernama Rancchoddas “Rancho” Shyamaldas Chanchad (Aamir Khan), Raju Rastogi (Sharman Joshi), dan Farhan Qureshi (R. Madhavan), sebagai mahasiswa di Imperial College of Engineering (ICE). Di dunia nyata kita mengenal India terkenal dengan IIT yang lulusannya 25% bekerja di Amerika, terutama di perusahaan IT ternama di dunia dan sisanya tersebar di belahan dunia lain, termasuk di India sendiri.
Film ini berkisah tentang bagaimana tingkah pola tiga mahasiswa ini melawan “pakem” aturan di ICE yang membebani mahasiswa dengan target dan orientasi lulus-kerja-sukses tanpa memperhatikan sisi psikologis dan kecerdasan emosional mahasiswa. Karena tingkah mereka yang di luar standar dan cenderung bandel itulah, semua teman mereka, termasuk Rektor Viru Sahastrabudhhe (Boman Irani) menjuluki tiga anak ini sebagai “anak-anak idiot”. Di kampus itu, persaingan adalah hal yang utama dan wajar. Profesor Virus mencontohkannya dengan sebuah cerita tentang burung Cuckoo yang meletakkan telurnya di sarang burung lain. Saat telur itu menetas, burung Cuckoo akan mendepak telur lain dan merebut sarang burung itu. Prinsip “kompetisi dan bersaing” ditanamkan sedemikian rupa sehingga mahasiswa hanya mengejar nilai dan gelar, tanpa pernah mengerti dan memahami makna “education” yang sesungguhnya.
Sebuah kritik yang dilontarkan Rancho adalah bahwa universitas ICE yang dia dan kawan – kawannya alami hanya menghasilkan insinyur – insinyur yang hanya pintar bicara, tidak ada topik mengenai penemuan baru tiap harinya, tidak ada penemuan baru yang dihasilkan tiap tahunnya, dan metode pengajaran yang mengarahkan mahasiswanya untuk mendapatkan nilai sangat bagus, namun belum tentu bisa mengaplikasikan ilmunya tersebut. Bahkan hanya menghasilkan lulusan yang nantinya bekerja pada perusahaan asing, dengan gaji besar, namun tidak memajukan bangsanya sendiri. Universitas bukan mengajarkan ilmu yang aplikatif namun mengajarkan bagaimana mendapatkan nilai yang bagus. Rancho selalu berkata pada 2 sahabatnya, Farhan dan Raju untuk selalu menjadi diri sendiri, tidak ada dasar paksaan dari orang lain. Karena kebahagian datang saat kita menikmati setiap langkah yang kita ambil, kemudian kesuksesan akan menjadi ekses dari langkah kita tersebut. Dalam mengkritik system yang kaku ditempat mereka kuliah, Rancho, Farhan, dan Raju mengalami asam manisnya kehidupan menjadi mahasiswa. Tawa dan tangis selalu mereka lewati bersama, hingga akhirnya diceritakan mereka pun lulus kuliah dengan Rancho sebagai mahasiswa terbaik di kampus tersebut.
Rancho menghilang setelah mereka lulus kuliah, tak ada seorang pun yang tau keberadaan Rancho. Maka dengan di temani Chatur, Raju dan Farhan pun menempuh perjalanan jauh untuk mencari Rancho dan  akhirnya tiba lah mereka di sebuah rumah mewah, dan mereka menemukan Rancho. Namun yang mereka temui bukan lah Rancho teman mereka sewaktu kuliah  namun Rancho yang tidak mereka kenal, dan dari  Rancho ini pula lah terbongkar siapa Rancho yang sebenarnya, Rancho yang mereka kenal selama ini adalah seorang joki (yang bernama asli Chotte) untuk mendapat ijazah bagi seseorang yang bernama Ranchoddas. Dan dari Ranchoddas ini pula lah mereka menemukan alamat teman mereka. Setelah mereka menemukan pia yang hampir saja menikah, dan mereka pun melanjutkan pencarian mereka atas racho dan mencari tahu siapa racho sebenarnya. Di akhir cerita, kita melihat tiga orang ‘idiot’ ini menjadi orang sukses karena mengikuti kata hati mereka dan memahami bahwa education tidak sekedar nilai dan gelar. Rancho menjadi seorang peneliti kelas dunia yang telah menghasilkan 400 paten (*agak berlebihan sepertinya), Farhan Qureshi menjadi seorang fotografer alam yang buku dan karya fotonya tersebar di seluruh dunia, sedangkan Raju Rastogi sukses bekerja di perusahaan sekaligus menjadi seorang penulis handal.
My Review
Film ini adalah adaptasi dari sebuah novel Five Point Someone, yang mengupas kelebihan dan kelemahan sistem pendidikan di India dalam bentuk cerita remaja. Film bernada kritis ini, meskipun disuguhkan dalam bentuk komedi dan drama, seolah-olah seperti mengupas praktik nyata di dunia pendidikan kita yang tak jarang memacu mahasiswa hanya untuk sekedar dapat nilai bagus, lulus, kerja, dan kaya tanpa memperdulikan potensi lain yang ada dalam dirinya. Konsep yang me-“rimba” ini hanya akan menguntungkan mereka yang benar-benar kompetitif dan pintar, lalu melumat habis-habis mereka yang sebenarnya cerdas, tapi tidak ditangani dengan sistem yang baik. Di sisi lain, sistem yang hanya mementingkan kompetisi akan membuat mahasiswa tidak pernah berpikir kreatif, karena takut bahwa hasil karyanya tidak sesuai dengan yang diinginkan dosen atau institusi. 
Faktor besar yang membuat film ini keren adalah karena banyaknya inspirasi yang ada di sana. Nilai-nilai yang diangkat sama film itu benar-benar adalah nilai-nilai yang gue yakini. Beberapa di antaranya ada di bawah (cat: kalian harus nonton untuk benar-benar menghayati nilai-nilai ini!)
  • Berpikir positif dalam berbagai kondisi akan sangat membantu. Walaupun berpikir positif belum tentu menyelesaikan masalah, setidaknya itu akan membantu kita tidak memperpanjang masalah. Satu hal yang selalu diangkat dalam 3 Idiots adalah quotes-nya Rancho: all is well (semua baik-baik saja). 
  • Jangan cuma mengejar impian sendiri, bantu orang lain mewujudkan impiannya. Rancho melakukan itu semua, menyadarkan Raju untuk mengatasi ketakutan-ketakutan dalam hidupnya, dan menyadarkan Farhan untuk mengikuti kata hatinya.
  • Ikuti kata hati kita, jangan berpura-pura, lakukan apa yang memang benar-benar kita sukai. Kalau bertentangan dengan apa yang orang tua kita inginkan? Bicaralah baik-baik dengan mereka, tunjukkan bukti kalau kita memang serius di bidang itu. Tunjukkan suatu prestasi yang sekiranya akan ‘melunakkan’ hati mereka. Semua orang tua bisa dipastikan ingin anaknya bahagia di masa depan. Kalau jalan yang mereka berikan tidak kita sukai, yakinkan mereka bahwa jalan yang kita pilih akan membuat kita bahagia. Farhan did that! :)
  • Jangan pernah takut menghadapi hidup. Hilangkan ketakutan-ketakutan tak beralasan yang membuat kita tidak berkembang. Takut menghadapi sendirian? Cari sahabat untuk berjuang bersama.
  • Bergaullah dengan teman-teman inspiratif, yang bareng-bareng akan saling mendukung dalam kebaikan. 3 Idiots itu, masing-masing saling menginspirasi satu sama lain dengan caranya masing-masing.
  • Hidup ini jangan mengejar kesuksesan. Sukses itu cuma efek, bonus, dari apa yang kita tekuni. Seperti yang dibilang di film: Pursue excellence, and success will follow, pants down.
  • Practice what you preach. Jangan cuma bisa ngomong atau menasihati doang, lakukanlah apa yang udah diomongin. Atau yang lebih baik lagi, bicaralah lewat tindakan kita. Rancho yang emang sangat positif dan bersemangat, begitu ditantangin sama Raju & Farhan supaya melakukan apa yang dia suka omongin, dia langsung membuktikannya!
Overall, film ini sangat menghibur, menyentuh, dan sangat bermakna. Bahkan salah satu  film India terbaik yang pernah gue lihat. Atau bahkan film dengan pelajaran terbaik. Ceritanya kuat banget, alur filmnya maju-mundur-maju-mundur tapi bener-bener membentuk cerita yang utuh. Kocak, ini film menghibur banget! Asli gak bisa dijelasin, harus nonton sendiri. Full musik! Bukan film India namanya kalo gak pake musik atau joget - joget, tapi beneran, semua musiknya bagus-bagus. Bener - bener bisa memainkan perasaan. Nonton 3 Idiots itu kaya naik roller coaster. Abis ketawa ngakak, emosi langsung dijatuhin lagi karena adegan berikutnya sedih banget. Atau abis deg-degan, abis itu menangis terharu. :)
Endingnya sangat unpredictable. Gak nyangka deh lihat endingnya.

3. PK (Peekay)

The Movie
Ini adalah kali kedua kolaborasi Aamir Khan dengan sutradara Rajkumar Hirani yang sebelumnya sukses lewat 3 Idiots (2009). PK (2014) adalah komedi satir yang memiliki komposisi yang lebih berat dari 3 Idiots serta menyinggung permasalahan yang sensitif, yaitu ajaran agama dan pencarian akan ketuhanan. Seperti halnya 3 Idiots, Rajkumar Hirani membawakan PK dengan cukup ringan tapi mengena, tanpa perlu membawakan teori-teori yang memusingkan mengenai konsep ketuhanan dan dogma. Tentu yang tidak kalah mengejutkannya adalah kemunculan Sanjay Dutt yang kontroversial di bagian supporting roles (bagian ini kamu bisa mencari tahu sendiri).
Alien humanoid (Aamir Khan) mendarat di Kota Rajasthan dengan tujuan meneliti tentang kehidupan manusia. Tapi naasnya, remote control-nya yang berwujud kalung malah dicuri oleh penduduk setempat. Remote control tersebut tidak lain merupakan alat komunikasi untuk memanggil pesawat luar angkasanya agar dapat kembali pulang. Melalui bantuan orang-orang sekitar, alien tersebut diminta untuk memohon kepada Tuhan agar dapat menemukan remote control-nya. Berbagai macam kekonyolan akibat ketidaktahuannya ia alami saat proses pencarian tersebut, karena ia melibatkan berbagai macam agama, hingga orang-orang memanggilnya Peekay (PK) yang artinya orang mabuk.

Cerita berpindah di Bruges, Belgia. Seorang gadis India bernama Jaggu (Anushka Sharma) jatuh cinta pada pemuda muslim dari Pakistan, Sarfaraz (Sushant Singh Rajput). Ayah Jaggu (Parikshit Sahni) tidak menyetujui hubungan mereka dan memohon pada guru spiritualnya, Tapasvi Maharaj (Saurabh Shukla) agar memisahkan mereka berdua. Masalah pun datang antara Jaggu dan Sarfaraz, sehingga membuat Jaggu pulang kembali ke India. Jaggu yang seorang jurnalis TV kemudian bertemu PK dan mereka berdua pun menjadi akrab. Bahkan, Jaggu pun bersedia membantu PK dalam upaya pencarian remote control itu. Petualangan mereka berdua yang penuh kekocakan pun dimulai.







PK menganggap bahwa Tuhan tidak konsisten. Dia cuma ingin mendapatkan kembali remote controlnya, tetapi cara mencarinya itu yang membuat bingung. Siapakah Tuhan itu yang dianggap telah menyembunyikan barang berharga yang dicarinya. PK bingung karena perbedaan agama-agama dalam menerjemahankan Tuhan. PK menganggap bahwa pemuka agama adalah Manajer-nya Tuhan. Tuhan adalah CEO sebuah Perusahaan.  PK putus asa dan menangis. Dalam tangisnya dia berdoa "Tuhan, tolong katakan dimana sebenarnya Engkau berada. Manajer-manajer-u mengajarkan hal yang berbeda. Manajer mana yang benar, Tuhan? Manajer satu mengatakan kalau masuk rumah ibadah harus lepas sandal, tetapi Manajer lain sepatupun boleh dipakai. Manajer yang satu mengajarkan untuk melipat tangan saat berdoa, yang lain mengajar berlutut. Aku bingung, Tuhan. Meskipun begitu, aku tetap akan melakukan ajaran semua Manajer-Mu. Aku sudah sangat kebingungan sekali, Tuhan. Aku pasti melakukan sesuatu yang salah, yang membuat-Mu tak mendengarku. Tolong beritahu aku. Tunjukkanku jalannya. Aku telah membunyikan bel untuk-Mu. Aku telah berbicara melalui pengeras suara juga. Aku telah membaca kitab Gita, Al-Quran, dan ayat-ayat Injil. Tokoh agama-Mu yang berbeda. Mengatakan hal yang berbeda dari yang satu dengan yang lain. Yang satu bilang berkorban pada hari Senin, Yang lain bilang berkorban pada hari Selasa, yang satu bilang berdoa sebelum matahari terbit, yang lain bilang berdoa setelah matahari terbenam. Yang satu bilang ternak itu ibadah.Yang lain bilang berkorban itu ibadah. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Aku tak mengerti apa-apa. Dengan kesalahan datang ke sini. Aku ingin pulang. Apapun yang Engkau katakan akan kulakukan. Kirim aku pulang saja. Kumohon! Katakan sesuatu. Di mana Kau bersembunyi? Tolong beri aku jawaban.







Maka PK pun beribadah dengan cara berpindah - pindah ke semua rumah ibadah. Dalam film ini, PK juga mengkritisi penggunaan simbol pakaian dari masing-masing agama yang sering digunakan untuk memberi cap kepada orang yang mengenakannya. Ditampilkan 5 orang yang memakai pakaian keagamaan dari 5 agama. PK meminta Tapasvi Maharaj (Pemimpin Hindu yang tersohor ceritanya) untuk  menebak, agama apa yang dianut oleh orang-orang itu. Dan jawaban Tapasvi Maharaj pasti juga adalah jawaban dari kebanyakan kita. Namun, jawabannya salah besar. Agama mereka bukan seperti pakaian simbolis yang mereka kenakan. Orang Kristen memakai baju ikrom, orang Muslim memakai baju Pendeta Khatolik, dan Orang Hindu memakai Hijab. Ya, itu yang sangat menarik dari film ini, bagaimana ia menggelitik kita dengan menggunakan utusan Tuhan yang ia sebut “manager” sebagai sorotan utama. Ya, itu mengapa di awal tadi gue sempat menjelaskan sejenak potensi film ini karena ia punya power untuk  membuat penontonnya merasa bahwa cerita yang mereka saksikan telah menghina agama yang mereka anut. Tidak, itu salah besar, PK tidak punya niat untuk merendahkan Tuhan namun justru sebaliknya ia berhasil menjadikan Tuhan sebagia sorotan utama yang mungkin selama ini lebih sering berada dibalik para “manager” miliknya tadi. Itu yang gue suka dari film ini, ia tidak tampil secara deskriptif sehingga kesan menggurui tidak kental dan mengganggu, ia tampil dengan liar namun terus membakar imajinasi dan logika penontonnya dengan sisi serius dan santai yang berjalan berdampingan, sampai sedikit pergeseran fokus itu muncul.
“Ada 2 Tuhan. Pertama yang menciptakan kita semua. Kedua yang diciptakan oleh orang sepertimu. Kita tak tahu tentang Tuhan yang menciptakan kita semua. Tapi, Tuhan yang kau ciptakan itu Sama sepertimu. Pembohong, berpura-pura. Memberi harapan palsu. Menghormati orang kaya. Mengabaikan orang miskin. Bahagia saat dipuji. Orang-orang bahkan takut bersuara. Pesanku sangat sederhana. Tuhan yang menciptakan kita semua. Percayalah pada-Nya. Dan Tuhan yang kau ciptakan. Duplikat Tuhan itu. Musnahkanlah. Karena itu adalah salah sambung yang paling berbahaya”

Akhir cerita PK benar-benar di luar dugaan. Justru hal ini yang menjadikan menarik. Sedari awal, penonton telah digiring bahwa PK adalah alien atau dalam bahasa maknanya adalah bayi. Bayi tidak memiliki label agama di tubuhnya. Bayi dalam perkembangannya akan sering bertanya pada segala hal. Dan bayi akan berbohong pertama kali pada orang yang dicintainya. Hehee..

My Review

Seperti film 3 Idiots, Aamir Khan menjadi orang yang bertingkah konyol dengan rawut wajah yang kosong. Dalam film ini banyak aksi-aksi yang menyentil bidang keagamaan yang akan mengejarkan kita untuk bertoleransi. Kita beragama bukan untuk mengklaim agama yang paling benar, tapi beragama untuk menjadikan kita orang benar. Manusia itu lemah dan tidak mengetahui apa-apa. Kebanyakan orang yang menyembah Tuhan memiliki delusi bahwa ritual yang dilakukannya adalah pakem dan paling menyenangkan Tuhan. Sebenarnya tidak. Manusia melakukan serangkaian aktivitas rohani karena mengikuti pedoman dari patron yang mereka anggap dekat dengan Tuhan. Apabila rangkaian tersebut terbatas pada aktivitas mekanis saja tanpa pemaknaan di dalamnya, maka hal tersebut akan menjadi kosong. Manusia memang lemah namun mereka juga memiliki insting bertahan untuk hidup. Insting bertahan hidup tersebut tertulis di dalam jiwa manusia. Insting tersebut berhubungan dengan harapan bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini. Biasanya, masalah ini “digoreng” secara baik oleh orang yang mengaku dekat dengan Tuhan. Harapan untuk lebih baik kadang dipangkas dengan sejumlah prasyarat. Hasrat untuk menguasai, memaksakan isi pikiran, serta menyeragamkan kehendak menjadi tenar ketika didukung oleh mayoritas. 
Tentu, si pembuat film tidak bermaksud untuk menggoyahkan imanmu. Melainkan justru memberi kita kesempatan berkontemplasi yang boleh jadi bertujuan mengajak penonton mengenali lebih dalam ajaran agama masing-masing. Lagipula, perkara mempertanyakan Tuhan ini cenderung untuk dikaitkan pada fenomena sosial sekitar yang dewasa ini bahkan tidak lagi ragu-ragu melakukan, katakanlah komersialisasi agama. Mengeruk uang dari masyarakat penuh ketakutan maupun keragu-keraguan untuk kepentingan pribadi dengan dalih agama. Menunjukkan betapa agama kerap kali disalahgunakan – dijadikan sebagai kedok atau tameng – demi melegalkan tujuan tertentu. Bukankah ini sesuatu yang, terdengar sangat familiar? Karena kita banyak menjumpainya di kehidupan sehari-hari (marak di Indonesia!) Bagusnya, dalam menyuarakan sentilan-sentilunnya yang begerak dalam area sensitif di PK, Rajkumar Hirani cenderung memanfaatkan teknik bercerita yang sederhana, ringan, kocak, dan menyentuh sehingga kesan menceramahi yang memungkinkan melukai hati penonton dapat terhindarkan. Kita tidak diajak untuk mengutuk melainkan sekadar menertawakan kekonyolan-kekonyolan yang diperbuat oleh manusia, bahkan diri sendiri. Karena pada akhirnya PK hanya ingin mengajakmu bersenang-senang hanya saja lewat cara yang berbeda, thought-provoking dan inspiring. Kritikan yang disampaikan Rajkumar Hirani ini memang jujur, mengena, dan membuat yang menontonnya menjadi berfikir mengapa setiap agama yang berbeda saling membenci dan mencela, padahal memiliki satu Tuhan yang sama, Tuhan yang menciptakan semua. Dari dua film ini, Rajkumar Hirani telah membuktikan kualitasnya sebagai sutradara top Bollywood, dan sangat ditunggu untuk karya-karya terbarunya.
So friends, please do not miss the movie. You will laugh, you will cry, and when you finish watching this film you will possibly ask your soul the same question that PK asks throughout the movie, “Who is God after all?”


Itu sih 3 film yang menginspirasi versi gue. Kebaca gak sih kalau what movie are you gue itu apa? Hehe, gue itu memang lebih suka film tentang perjuangan hidup. Ketiganya punya nilai itu. Kalau versi kalian apa?

xoxo,
Marcellina Rahmadini