Thursday, July 9, 2015

First Hiking Experience & Exploring the Amazing Mount Papandayan



Untuk pertama kalinya gue menjadi anak gunung dengan mendaki gunung yang sebenarnya its not me karena gue gak terlalu kuat dengan udara dingin, tapi karena gue suka mencoba semua hal yang berhubungan dengan travelling di Indonesia serta mencoba sensasi semua objek wisata Indonesia akhirnya gue nekat untuk naik ke Papandayan. Gunung Papandayan adalah gunung berapi aktif yang berada di kabupaten Garut. Gunung ini berada di kecamatan Cisurupan, Garut. Berjarak hampir 26 km dari Garut kota. Gunung Papandayan memiliki ketinggian 2665 mdpl. Rencana mendaki Gunung Papandayan ini sebenarnya sudah dibuat sejak lama sekali. I’ve always wanted to visit Mount Papandayan, I heard so much about this places and its beautiful scenery, my fellow traveller invited me to join Mount Papandayan trip, and yes of course I didn’t want to miss this opportunity, 1 week before we already discuss about what we need, such as logistics and items to bring We will be camping too. Since we will be travelling backpacking style we gather information concerning transportation and how to reach to the area. Gue memutuskan untuk berangkat di malam hari dengan bus dari Lebak Bulus ke Garut sekitar 4-5 jam. Sekitar jam 4 pagi sampai di terminal bus Garut lalu lanjut dengan angkot menuju Cisarupuan gerbang awal Gunung Papandayan. Untuk mencapai pos pendaftaran kita mesti sewa mobil pick up (bak terbuka) lagi atau bisa menggunakan ojek.

clear path on the crater
Lintasan pendakian setelah kawah, terus hingga ke atas. 
We start our trekking around 7am the entrance fee per person is only 5,000 Rp/ pax and we have to report in to the office. Gunung Papandayan yang terletak di Garut ini sangat direkomendasikan bagi pendaki pemula. Track-nya pendek dan landai. Trekking melalui Gunung Papandayan sangat memuaskan perjalanan pertama gue melalui batuan keras dengan batu belerang dan asap cuaca cukup bagus dan cerah. Setelah beberapa km, kita mulai memasuki hutan hijau di mana ada lumpur dan lintas sungai kecil. It is amazing to see how active volcano releasing its toxic gas with certain sound (boiling-water-like) from pretty close place (couple meters only). The gas was really annoying. I guess it is a high sulfur gas, hurt my nose like crazy. That’s why no one willing to stay there for long time. People just take couple picture then get away from there.




The main destination for some hikers is Pondok Selada Camping Ground. Setelah tiba di Pondok Saladah, kita membangun tenda, memasak beberapa makanan dan explore beberapa tempat untuk mengambil gambar. Di Pondok Saladah, terdapat sumber mata air yang sudah rapih dan tak berhenti mengalir berupa pancuran-pancuran pipa dan bambu. Yang bikin cukup terkagum-kagum adalah adanya 3 buah bilik toilet bersih dan sebuah musholla. Sungguh sebuah oase di atas gunung, walaupun antriannya yang sangat panjang pada akhirnya sukses membuat gue lebih memilih buang air di 'alam bebas'. Karena hari itu weekend terakhir sebelum bulan puasa Ramadhan sehingga banyak orang datang ke sana jadi itu cukup ramai. Orang bernyanyi dan bermain gitar, berteriak-teriak sahut-sahutan, dll. It is so interesting. The weather gets cooler at night, I would highly recommend people going there to really bring warm clothes so you could sleep at night. The next morning we woke up at 5 to see the sunrise near the camping area, but we failed to see the sunrise due to heavy clouds and fog. We continues our sleep and woke up in a few hours.
Pondok Saladah Camping Ground
Cuma memakan waktu 2 jam perjalanan dari titik awal pendakian di Camp David untuk menuju Pondok Saladah, tempat kami akan bermalam. Pemandangan yang ditawarkan oleh Papandayan cukup beragam dan memanjakan mata. Dimulai dari pemandangan kawah aktif di awal pendakian, hamparan edelweiss, hingga pohon-pohon yang meranggas akibat terkena letusan gunung. Dari Pondok Saladah, cuma perlu naik sedikit lagi sekitar 1 jam perjalanan untuk menuju padang bunga edelweiss bernama Tegal Alun. Karena di Tegal Alun para pendaki tidak boleh mendirikan tenda, padang luas berisi hamparan bunga-bunga abadi ini terlihat jauh lebih alami dibandingkan Pondok Saladah yang penuh padat. Tapi sayangnya gue gak mencapai tegal alun dikarenakan kondisi gue yang drop karena kedinginan huhu. For me, it is enjoyable to get away from the hectic of Jakarta, a really quiet place with really fresh air with damn beautiful view.  And yes, any kinds of food tasted so delicious.



Melelahkan tapi menyenangkan. Karena ini adalah pengalaman mendaki gunung pertama gue, gue belajar banyak hal tentang bagaimana untuk bertahan hidup dalam perjalanan, bagaimana membangun tenda, apa jenis makanan dan peralatan yang selalu harus dibawa, bagaimana mengelola daya tahan kita, apa pakaian yang gue harus pakai, bagaimana efisiensi mengepak barang-barang di tas, dan tentunya bersyukur atas kebesaran Tuhan atas kekayaan alam di Indonesia ini sehingga tak perlu repot-repot pergi jauh hanya untuk melihat kebesaran-Nya. Sejak itu, gue berkeinginan mendaki beberapa gunung menantang lainnya seperti: Rinjani, Semeru, Gede-Pangrango, Merapi, Lawu, Slamet, dan Kerinci. Insyaallah! Mount Papandayan is very easily accessible nevertheless offering a nice view for those who want to have a relaxing camping time and enjoying the scenery. Since it is not too high (2665 meters above sea level), you don't have to worry if you're still a beginner because the trek is not too extreme. Still and all, you have to be fit and wrapped yourself with jacket and shoes for your safety.
gadis cantik penjaga toilet di pos pendaftaran 
That's one of the memorable place. I guess you understand why I love this place. It's very near from Jakarta/Bandung, weekend trip is possible. The view is varies with the crater, edelweiss, dead forest, very relaxing. Semoga Papandayan selalu asri. Semoga bunga-bunga edelweiss di sana selalu mekar abadi.

Tips
- Getting there from Jakarta: Buses from any station (Pasar Rebo, Kampung Rambutan. Rawamangun) go to Garut. Approximately 5 hours to reach Garut Station. Travel time around 2 hours (Rp 20,000). The benefit from taking this small van is it passes the Cisurupan Junction so you don't have to change transportation in the Garut Station. From Cisurupan Junction, many pickups can take you to the base camp. Price is Rp 200,000/car/way can fit to 10-20 people. 
- Guide cost you around Rp 250,000/day. The path is very clear actually but if you think getting guide is better and safer, why not.

Traveled in  12 - 13 June 2015

xoxo,
Marcellina Rahmadini

No comments:

Post a Comment