This past July, a dream of
mine came true when I traveled to Komodo Island for the first time. The very best thing happened in my
life is when my life dream is accomplished, one of my accomplishment this year
is exploring Nusa Tenggara and Komodo Island. I did this because I really wanna
feel the way expatriates and some of travel bloggers which knew Komodo Island
better than me as an Indonesian citizen. I somehow wanna proof that there’s
always beautiful side of Indonesia which people should know in a different way.
So, here I am, on board with several excited travelers starting to Living On
Board five days to the beautiful Komodo
Island. Taman Nasional Komodo terletak di antara provinsi Nusa Tenggara
Timur dan Nusa Tenggara Barat. Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar
Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Wilayah
darat taman nasional ini 603 km² dan wilayah totalnya adalah 1817 km². Pada tahun 1980 taman nasional ini
didirikan untuk melindungi komodo dan habitatnya. Di sana terdapat 277 spesies
hewan yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia, yang
terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Selain
itu, di kawasan ini terdapat pula terumbu karang. Setidaknya terdapat 253
spesies karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana, dengan sekitar 1.000
spesies ikan. Keindahan terumbu ini menarik minat wisatawan asing maupuin dalam
negeri untuk berenang atau menyelam di perairan ini.
Ada yang bilang, “Cinta Indonesia berarti tetap bersedia dan bersemangat menjelajahi penjuru nusantara, betapapun sulitnya. Mungkin inilah prinsip yang selalu dipegang oleh para penjelajah sejak zaman dahulu, sehingga mereka mampu membuka jalan mengarungi pelosok nusantara, menguak rahasia kekayaan baru di Tanah Air tercinta.” Tidak diragukan lagi, Kepulauan Komodo adalah salah satu dari kekayaan tersebut. Seperti layaknya nenek moyang kita pada zaman dahulu, kita-pun bisa mengarungi keindahannya dari atas kapal, layaknya pelaut.
Ada yang bilang, “Cinta Indonesia berarti tetap bersedia dan bersemangat menjelajahi penjuru nusantara, betapapun sulitnya. Mungkin inilah prinsip yang selalu dipegang oleh para penjelajah sejak zaman dahulu, sehingga mereka mampu membuka jalan mengarungi pelosok nusantara, menguak rahasia kekayaan baru di Tanah Air tercinta.” Tidak diragukan lagi, Kepulauan Komodo adalah salah satu dari kekayaan tersebut. Seperti layaknya nenek moyang kita pada zaman dahulu, kita-pun bisa mengarungi keindahannya dari atas kapal, layaknya pelaut.
Our boat - Kapal Phinisi |
Sailing to Kenawa Island |
My journey was started on Monday
from Lombok in Senggigi as the meeting point.
I took an early flight of Lion Air to Lombok Praya International
Airport. Untuk
berlayar mengarungi perairan Pulau Komodo, perjalanan dimulai dari Labuhan Lombok dengan kapal. Salah satu cara unik untuk berlayar
mengarungi perairan Komodo adalah dengan kapal Phinisi. Kapal yang dibuat
menyerupai kapal tradisional Bugis dengan dua tiang ini dimanfaatkan sebagai
akomodasi di atas air yang disebut liveaboard. We
took a bus about 2 hours to Pelabuhan Senggigi, a port town in eastern Lombok.
In the middle of the trip, we only stopped by for buying several snacks and
food. Something funny was our tour leader asked us to try a special pineapple
from eastern Lombok called ‘Nanas Becek’. It was actually an ordinary pineapple
but came in a tiny and handy version. The taste was fresh! Kapal-kapal Phinisi tersebut
terbuat dari kayu, dengan kamar-kamar menyerupai kabin pelaut dengan
dinding-dinding kayu, menawarkan sensasi menginap yang berbeda. Fasilitas yang
ada-pun lengkap, layaknya hotel bintang lima. Salah satu daya tariknya adalah open-air restaurant yang ada di dek-nya. Sambil makan, kita
bisa melihat pemandangan laut yang indah. Selain Phinisi, ada opsi yang lebih budget friendly,
yaitu kapal sederhana yang diperuntukkan untuk para backpacker yang haus petualangan.
Kenawa Island |
Penikmat Senja |
Pemandangan dari atas bukit Kenawa |
First destination for today’s
trip was Kenawa Island, still in West Nusa Tenggara Province, about 3 hour from
Labuhan Lombok. Kenawa is an uninhabited island which covered mostly by green
savannah and hills. I amazed by the view since it look like I was in Africa.
The most memorable thing was I love the sunset here. It was like real Africa! Kenawa adalah sebuah
pulau indah tidak berpenduduk di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat,
tepatnya di dekat Pelabuhan Laut Poto Tano di Pulau Sumbawa. Pulau dengan luas
sekitar 13 hektar ini memiliki keindahan yang luar biasa dengan dikelilingi
oleh pasir putih dan padang rumput di hampir seluruh daratan pulau ini,
memberikan kombinasi warna alam biru dan hijau yang sangat memukau. Bila langit
terang, maka kita bisa melihat Gunung Rinjani disebelah barat dan bila matahari
terbenam, pemandangan sunset di langit dari pulau Kenawa sungguh menakjubkan.
Sunrise |
After sunset in Kenawa, we’re
overnight on board in the Gili Bola, a 30 minutes bay from Kenawa. The
boat stayed in the bay til the morning. The first on the boat I had
difficulties in sleeping since the sound of boat machine was very horrible, but
several days I spent here, I even forget how the boat sound was, I just
remember how I sleep like a log hahaha. I slept
with the sky and the stars as my roof and the islands with flores sea just
beside me as my wall. I was too
happy that I was really crying. Not that sobbing. But just a little burst out
the tears. Some people will laugh at me, but not everyday I could sleep
breathing a real fresh salty air of Flores Sea and facing the islands as my
wall and the stars as my roof. But there I was. I had a very good sleep
with no dreams. Really good sleep. Much deeper than when I was sleeping on the
weekdays inside my air conditioned room after long work with meeting next day.
Welcome to Satonda |
We’re heading to Satonda Island
in the next morning around 4 am. It took about 2 hours from Gili Bola to
Satonda Island in West Sumbawa. Pulau Satonda terletak di daerah utara pulau
Sumbawa dikenal juga dengan nama Gunung Satonda, memiliki ketinggian sekitar
300 m diatas permukaan laut dengan luas wilayah seluas 4,8 Km. Gunung ini
memiliki kawah danau air asin seluas 84 Ha dengan kedalaman 86 Meter yang masih
menjadi misteri sampai sekarang. Pulau Satonda dikelilingi oleh
batu karang dan memiliki ragam ikan hias yang sama jenisnya dengan yang ada di
Indonesia. Inilah keunikan dan keajaiban Pulau Satonda, Pulau Satonda merupakan
tempat yang tersembunyi dengan lautnya yang biru dan gunung berapi yang
menjulang tinggi. Di sini dapat menikmati hamparan pantai pasir putih di sisi
pulau, melakukan snorkling menikmati keindahan alam bawah laut dengan gugusan
terumbu karang yang indah dan keaneka ragaman biota lautnya, selain itu juga
daerah sekitar pulau merupakan tempat memancing yang menyenangkan, bahkan kita bisa
bermain kano di daerah danau (kano bisa dibawa sendiri). Kita juga dapat
berkemah di daerah pulau yang memang cocok untuk daerah perkemahan sembari
meng-eksplore seluruh wilayah pulau.
Inside the island, there is a beautiful natural lake formed after the eruption of Tambora Mountain in 1815. The lake is covered by beautiful green hills and of course view of Tambora Mountain's peak. Btw, the lake is having a super high content of saltwater, even higher than the sea around, but at least laying down the lake was such an unforgettable moment! Pulau Satonda juga memiliki stromatolit, terumbu
paling tua yang telah muncul sejak Archean, atau beribu-ribu tahun sebelum
munculnya binatang-binatang bersel lebih dari satu. Tepatnya sekitar 3.000 juta
tahun yang lalu. Kepekatan Danau Satonda ini juga sangat luar biasa,
daya tembus matahari hanya mencapai kedalaman 10 meter saja. Karena
mungkin terlalu pekat kadar air asin-nya yang tinggi. Karena
cahaya matahari yang tidak bisa tembus, maka otomatis makhluk hidup yang
tinggal di dalam danau pun tidak bisa bertahan hidup lama. Ikan-ikan yang
berada di Danau Satonda hanya bisa tumbuh prematur.
Banyak yang kita tidak tahu
tentang negeri kita sendiri, kekayaan berlimpah dengan masing-masing
sejarahnya, membuat Indonesia semakin kaya. Legenda-legenda
yang hampir ada di penjuru negeri ini semakin memperkaya khasanah destinasi
wisata yang ada. Indonesia
Kaya! In Satonda we did
snorkling. The underwater view was quite terrific with a good visibility and
colourful corals. Finished Satonda, we're heading to Komodo Island,
yeaayy! The bad news was it took about 17 hours on boat from Satonda which is
in West Nusa Tenggara to Komodo Island in East Nusa Tenggara. So, I spent most
of my night on the boat with friends, stars and high curiousity to see one of
the most dangerous creatures ever alive in the world, the dragons! I'm not
gonna tell my stories in this post because there are more and more photos taken
on Komodo Island. So, before you envy with my next post, here's I present
you the best sunset shoot I've ever captured in the sea near West Sumbawa Island.
- Sailing Trip or Living on Board exploring Komodo Island is now famous. Several travel services offer a good package to there but usually starting from Labuan Bajo, Flores and only focus on visiting Komodo Island and nearest islands.
- One of well-known travel service that provide full sailing trip which fully explore the Island from meeting point in Lombok to Komodo Island is Indonesian Traveler @Tukang_jalan, led by Kencana Adventure (I will tell the detail in the next post)
- Karena tidak ada penyewaan alat snorkle, memancing, selam, kano, pelampung dan alat lainnya disarankan membawa peralatan sendiri.
- Perjalanan Sebaiknya dilakukan bulan Maret s/d Oktober karena selain curah hujan rendah dan gelombang laut masih belum terlalu besar. Selain bulan tersebut biasanya tidak ada kapal yang berlayar karena dilarang oleh pemerintah setempat.
Traveled in 20-22 July 2015
xoxo,
Marcellina Rahmadini