Salah satu kesukaan gue untuk mengurangi stress karena kerja
ataupun kemacetan Jakarta adalah menonton film (selain traveling tentunya). Ini
kali pertama di blog ini gue nulis Review Film ala Marcellina Rahmadini. Ada
pertanyaan dari salah satu temen gue apa Film yang menginspirasi – What
movie are you? Nah, kalau ditanya gini, gue walaupun penggemar
film abal-abal agak susah juga menjawabnya. Banyak
banget film yang bagus menurut gue. Dan definisi bagus tidaknya sebuah film
adalah kalau film itu memberikan nilai yang bisa gue terapkan dalam kehidupan.
Ya semacam Life
Learning gitu deh. Itu juga kriteria film yang menginspirasi
kan ya. Tapi gak semua film yang gue tonton seperti itu. Baru-baru ini, gue
menonton beberapa film India (Bollywood) yang tak seperti biasa. Film-film
India yang sebelumnya kita ‘remehkan’ karena ceritanya ‘itu-itu aja’ dan pasti
banyak nyanyi-goyang ternyata bisa saja tampil beda. Kenapa film India sih? Ya, karena film India film favorit gue sedari kecil. haha
Berikut ini 3 Film India Yang Menginspirasi versi
gue – these movies are so me, inilah kalau ditanya memang
film gue banget.
1. Taare Zameen Par
The Movie
Jadi Taare
Zameen Par ini adalah film tahun 2007, yang disutradarai & diproduksi
oleh Aamir Khan (yang ternyata juga aktor film ini) keluaran PVR
Pictures. Berkisah tentang Ishaan Awasthi seorang
anak usia 9 tahun yang tidak menyukai sekolah. Setiap pelajaran
dirasakan sulit baginya dan ia terus-menerus gagal ujian. sehingga Ishaan
sering sekali mendapat hukuman dari guru-gurunya disekolah dan menjadi korban
bullying teman-teman sekolahnya. Baik di sekolah maupun dirumah Ishaan selalu
mendapatkan labeling negatif oleh guru dan lingkungannya seperti, nakal, bodoh,
idiot, tidak tahu malu dsb. Kondisi di rumah, Ayahnya, Nandkishore
Awasthi, adalah seorang eksekutif sibuk yang sukses dan mengharapkan yang
terbaik dari anak-anaknya. Ibunya, Maya
Awasthi, adalah seorang ibu rumah tangga yang frustrasi oleh ketidakmampuannya
untuk membantu Ishaan. Di sisi lain, Kakak Ishaan’s
Yohaan adalah seorang pelajar
yang cerdas dan berprestasi. Setelah mengetahui kondisi masalah Ishaan, orang tua Ishaan
memutuskan bahwa anaknya harus dikirim ke sekolah asrama.
Suasana kelas dan asrama yang tidak menyenangkan membuat Ishaan semakin frustasi, semua guru menyebutnya bodoh dan Ishaan menerima berbagai hukuman karena tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Keadaan ini semakin membuat Ishaan tertekan dan akhirnya menjadi pendiam dan penyendiri. Ishaan menjadi ketakutan untuk bertemu dengan guru, tidak bersemangat untuk melakukan apapun termasuk menggambar yang tadinya merupakan aktivitas yang paling dia senangi. Keadaan ini terus berlangsung hingga akhirnya datanglah guru seni pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan).
Suasana kelas dan asrama yang tidak menyenangkan membuat Ishaan semakin frustasi, semua guru menyebutnya bodoh dan Ishaan menerima berbagai hukuman karena tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Keadaan ini semakin membuat Ishaan tertekan dan akhirnya menjadi pendiam dan penyendiri. Ishaan menjadi ketakutan untuk bertemu dengan guru, tidak bersemangat untuk melakukan apapun termasuk menggambar yang tadinya merupakan aktivitas yang paling dia senangi. Keadaan ini terus berlangsung hingga akhirnya datanglah guru seni pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan).
Tidak
seperti guru-guru lain yang mengikuti norma-norma yang ada dalam mendidik
anak-anak, Nikumbh membuat mereka berpikir keluar dari buku-buku, di luar empat
dinding kelas dan imajinasi mereka. Setiap anak di kelas merespon dengan
antusiasme yang besar kecuali Ishaan. Terdorong oleh rasa ingin tahu Nikumbh
lalu melihat semua buku tulis Ishaan dan akhirnya ia menyadari bahwa Ishaan
ternyata mengalami Dyslexia. Nikumbh kemudian berusaha untuk
memahami Ishaan dan masalah-masalahnya. Dia membuat orang tua dan guru Ishaan
lainnya menyadari bahwa Ishaan bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang
sangat khusus dengan bakat sendiri. Dengan waktu, kesabaran dan perawatan Nikumbh berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam
mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan yang hilang,
serta mau kembali aktif dalam menuangkan imajinasinya dalam lukisan-lukisan yang
selama ini menjadi dunianya.
Cara yang ia gunakan juga bukan
menulis dengan pensil atau pena seperti menulis biasa pada umumnya. Seperti
contohnya saja ia menulis di kotak pasir saat mengajari Ishaan menulis alfabet.
Untuk menulis angka, ia menggunakan papan dengan garis kotak-kotak. Dari huruf
yang besar, ia lalu menyusutkannya menjadi huruf yang lebih kecil. Ishaan yang
notabene memang lebih menyukai cara belajar yang tidak mengekang, menikmati
pelajaran dengan guru barunya itu. Hingga akhirnya Ishaan dapat
membaca, menulis dan berhitung, bahkan Ishaan akhirnya memenangkan lomba
melukis yang diadakan di sekolahnya dan mendapatkan standing applause atas
bakatnya. Sebuah film mengharukan yang ditutup dengan akhir yang Indah,
lukisan Ishaan ini akhirnya dicetak dalam buku tahunan sekolah dan dibagikan
oleh seluruh siswa dan orang murid yang hadir.
My review
The Bollywood film ‘Taare Zameen Par’ portrays a strong
and important message that transcends through culture, race and religion. Pesan
yang ingin disampaikan Aamir Khan (sutradara)
dalam kisah ini setiap anak adalah pahlawan, selain itu membantu kita melihat
seorang anak dalam diri kita sendiri. Tidak ada manusia yang sempurna tak
peduli apa posisi dia dalam masyarakat, setiap anak dengan kemampuan
mereka adalah khusus dan berbakat dengan cara mereka sendiri. Film ini bukan
hanya tentang penderitaan anak disleksia tetapi juga tentang bagaimana orangtua
terbawa oleh perkembangan dunia saat ini dan gagal untuk memahami mimpi anak
mereka dan mengembangkan bakat bawaan mereka. Setiap anak adalah spesial dengan berbagai
keunikan harapan dan impian yang berbeda-beda. Oleh sebab itu tidak tepat
kiranya jika kita (para orang tua dan guru) memasung impian dan harapan mereka.
Ijinkan mereka hidup dengan potensi dan keunikan, hargailah apa yang mereka
lakukan, maka mereka pun akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat
dan cerdas serta mengesankan semua orang. Unlike
the conventional bollywood film that consists of romance, comedy, fight scenes,
songs and more romance, Taare Zameen Par is not an entertainer, but rather an eye opener. The film touches on a
social disorder predominately within the Indian subcontinent and other parts of
Asia. Parents are constantly pressuring their children to excel in all areas of
life especially school; therefore no one has patience or sympathy toward slow
learners. Everyone is required to join the rat race and win it too.
This film is truly inspiring. Do yourselves a favour. Watch Taare Zameen Par with your child. It will change your world. It will also change the way you look at your kids!
2. 3 Idiots
The Movie
Film yang disutradarai oleh Rajkumar Hirani (2009) ini
menceritakan tiga orang sahabat bernama Rancchoddas “Rancho”
Shyamaldas Chanchad (Aamir Khan), Raju
Rastogi (Sharman Joshi), dan Farhan
Qureshi (R. Madhavan), sebagai mahasiswa
di Imperial College of Engineering (ICE). Di dunia nyata kita mengenal India
terkenal dengan IIT yang lulusannya 25% bekerja di Amerika, terutama di
perusahaan IT ternama di dunia dan sisanya tersebar di belahan dunia lain,
termasuk di India sendiri.
Film ini berkisah tentang bagaimana tingkah pola tiga
mahasiswa ini melawan “pakem” aturan di ICE yang membebani mahasiswa dengan
target dan orientasi lulus-kerja-sukses tanpa memperhatikan sisi psikologis dan
kecerdasan emosional mahasiswa. Karena tingkah mereka yang di luar standar dan
cenderung bandel itulah, semua teman mereka, termasuk Rektor Viru
Sahastrabudhhe (Boman Irani) menjuluki tiga anak ini sebagai “anak-anak
idiot”. Di kampus itu, persaingan adalah hal yang utama dan wajar. Profesor
Virus mencontohkannya dengan sebuah cerita tentang burung Cuckoo yang meletakkan
telurnya di sarang burung lain. Saat telur itu menetas, burung Cuckoo akan
mendepak telur lain dan merebut sarang burung itu. Prinsip “kompetisi dan
bersaing” ditanamkan sedemikian rupa sehingga mahasiswa hanya mengejar nilai
dan gelar, tanpa pernah mengerti dan memahami makna “education” yang
sesungguhnya.
Sebuah
kritik yang dilontarkan Rancho adalah bahwa universitas ICE yang dia dan kawan –
kawannya alami hanya menghasilkan insinyur – insinyur yang hanya pintar bicara,
tidak ada topik mengenai penemuan baru tiap harinya, tidak ada penemuan baru
yang dihasilkan tiap tahunnya, dan metode pengajaran yang mengarahkan
mahasiswanya untuk mendapatkan nilai sangat bagus, namun belum tentu bisa
mengaplikasikan ilmunya tersebut. Bahkan hanya menghasilkan lulusan yang
nantinya bekerja pada perusahaan asing, dengan gaji besar, namun tidak
memajukan bangsanya sendiri. Universitas bukan mengajarkan ilmu yang aplikatif
namun mengajarkan bagaimana mendapatkan nilai yang bagus. Rancho selalu berkata
pada 2 sahabatnya, Farhan dan Raju untuk selalu menjadi diri sendiri, tidak ada
dasar paksaan dari orang lain. Karena kebahagian datang saat kita menikmati
setiap langkah yang kita ambil, kemudian kesuksesan akan menjadi ekses dari
langkah kita tersebut. Dalam mengkritik system yang kaku ditempat mereka
kuliah, Rancho, Farhan, dan Raju mengalami asam manisnya kehidupan menjadi
mahasiswa. Tawa dan tangis selalu mereka lewati bersama, hingga akhirnya
diceritakan mereka pun lulus kuliah dengan Rancho sebagai mahasiswa terbaik di
kampus tersebut.
Rancho
menghilang setelah mereka lulus kuliah, tak ada seorang pun yang tau
keberadaan Rancho. Maka dengan di temani Chatur, Raju dan Farhan pun menempuh
perjalanan jauh untuk mencari Rancho dan akhirnya tiba lah mereka di
sebuah rumah mewah, dan mereka menemukan Rancho. Namun yang mereka temui bukan
lah Rancho teman mereka sewaktu kuliah namun Rancho yang
tidak mereka kenal, dan dari Rancho ini pula
lah terbongkar siapa Rancho yang sebenarnya,
Rancho yang mereka kenal selama ini adalah seorang joki (yang bernama
asli Chotte) untuk mendapat ijazah bagi seseorang yang bernama Ranchoddas. Dan
dari Ranchoddas ini pula lah mereka menemukan alamat teman mereka. Setelah
mereka menemukan pia yang hampir saja menikah, dan mereka pun melanjutkan
pencarian mereka atas racho dan mencari tahu siapa racho sebenarnya. Di akhir cerita, kita
melihat tiga orang ‘idiot’ ini menjadi orang sukses karena mengikuti kata hati
mereka dan memahami bahwa education tidak sekedar nilai dan gelar. Rancho
menjadi seorang peneliti kelas dunia yang telah menghasilkan 400 paten (*agak berlebihan sepertinya), Farhan
Qureshi menjadi seorang fotografer alam yang buku dan karya fotonya tersebar di
seluruh dunia, sedangkan Raju Rastogi sukses bekerja di perusahaan sekaligus
menjadi seorang penulis handal.
My Review
Film ini adalah adaptasi dari sebuah novel Five Point Someone, yang
mengupas kelebihan dan kelemahan sistem pendidikan di India dalam bentuk cerita
remaja. Film bernada kritis ini, meskipun disuguhkan dalam bentuk komedi dan
drama, seolah-olah seperti mengupas praktik nyata di dunia pendidikan kita yang
tak jarang memacu mahasiswa hanya untuk sekedar dapat nilai bagus, lulus,
kerja, dan kaya tanpa memperdulikan potensi lain yang ada dalam dirinya. Konsep
yang me-“rimba” ini hanya akan menguntungkan mereka yang benar-benar kompetitif
dan pintar, lalu melumat habis-habis mereka yang sebenarnya cerdas, tapi tidak
ditangani dengan sistem yang baik. Di sisi lain, sistem yang hanya mementingkan
kompetisi akan membuat mahasiswa tidak pernah berpikir kreatif, karena takut
bahwa hasil karyanya tidak sesuai dengan yang diinginkan dosen atau institusi.
Faktor besar
yang membuat film ini keren adalah karena banyaknya inspirasi yang ada di sana.
Nilai-nilai yang diangkat sama film itu benar-benar adalah nilai-nilai yang gue
yakini. Beberapa di antaranya ada di bawah (cat: kalian harus nonton untuk
benar-benar menghayati nilai-nilai ini!)
- Berpikir positif dalam berbagai kondisi akan sangat membantu. Walaupun berpikir positif belum tentu menyelesaikan masalah, setidaknya itu akan membantu kita tidak memperpanjang masalah. Satu hal yang selalu diangkat dalam 3 Idiots adalah quotes-nya Rancho: all is well (semua baik-baik saja).
- Jangan cuma mengejar impian sendiri, bantu orang lain mewujudkan impiannya. Rancho melakukan itu semua, menyadarkan Raju untuk mengatasi ketakutan-ketakutan dalam hidupnya, dan menyadarkan Farhan untuk mengikuti kata hatinya.
- Ikuti kata hati kita, jangan berpura-pura, lakukan apa yang memang benar-benar kita sukai. Kalau bertentangan dengan apa yang orang tua kita inginkan? Bicaralah baik-baik dengan mereka, tunjukkan bukti kalau kita memang serius di bidang itu. Tunjukkan suatu prestasi yang sekiranya akan ‘melunakkan’ hati mereka. Semua orang tua bisa dipastikan ingin anaknya bahagia di masa depan. Kalau jalan yang mereka berikan tidak kita sukai, yakinkan mereka bahwa jalan yang kita pilih akan membuat kita bahagia. Farhan did that!
- Jangan pernah takut menghadapi hidup. Hilangkan ketakutan-ketakutan tak beralasan yang membuat kita tidak berkembang. Takut menghadapi sendirian? Cari sahabat untuk berjuang bersama.
- Bergaullah dengan teman-teman inspiratif, yang bareng-bareng akan saling mendukung dalam kebaikan. 3 Idiots itu, masing-masing saling menginspirasi satu sama lain dengan caranya masing-masing.
- Hidup ini jangan mengejar kesuksesan. Sukses itu cuma efek, bonus, dari apa yang kita tekuni. Seperti yang dibilang di film: Pursue excellence, and success will follow, pants down.
- Practice what you preach. Jangan cuma bisa ngomong atau menasihati doang, lakukanlah apa yang udah diomongin. Atau yang lebih baik lagi, bicaralah lewat tindakan kita. Rancho yang emang sangat positif dan bersemangat, begitu ditantangin sama Raju & Farhan supaya melakukan apa yang dia suka omongin, dia langsung membuktikannya!
Overall, film ini sangat menghibur,
menyentuh, dan sangat bermakna. Bahkan salah satu film India terbaik yang pernah gue lihat.
Atau bahkan film dengan pelajaran terbaik.
Ceritanya kuat banget, alur filmnya maju-mundur-maju-mundur
tapi bener-bener membentuk cerita yang utuh. Kocak, ini film menghibur banget! Asli gak bisa dijelasin, harus nonton sendiri. Full musik! Bukan film India namanya kalo gak
pake musik atau joget - joget, tapi beneran, semua musiknya bagus-bagus. Bener - bener bisa memainkan perasaan. Nonton 3 Idiots itu kaya naik roller
coaster. Abis ketawa ngakak, emosi langsung dijatuhin lagi karena adegan
berikutnya sedih banget. Atau abis deg-degan, abis itu menangis terharu. :)
Endingnya
sangat unpredictable. Gak nyangka deh lihat endingnya.
3. PK (Peekay)
The Movie
Ini
adalah kali kedua kolaborasi Aamir Khan dengan
sutradara Rajkumar Hirani yang sebelumnya sukses lewat 3
Idiots (2009). PK (2014) adalah komedi satir yang memiliki komposisi yang lebih
berat dari 3 Idiots serta menyinggung permasalahan yang sensitif, yaitu ajaran
agama dan pencarian akan ketuhanan. Seperti halnya 3 Idiots, Rajkumar Hirani
membawakan PK dengan cukup ringan tapi mengena, tanpa perlu membawakan
teori-teori yang memusingkan mengenai konsep ketuhanan dan dogma. Tentu yang
tidak kalah mengejutkannya adalah kemunculan Sanjay Dutt
yang kontroversial di bagian supporting
roles (bagian ini kamu bisa
mencari tahu sendiri).
Alien humanoid (Aamir Khan) mendarat di Kota
Rajasthan dengan tujuan meneliti tentang kehidupan manusia. Tapi naasnya, remote control-nya yang
berwujud kalung malah dicuri oleh penduduk setempat. Remote control tersebut tidak lain merupakan alat
komunikasi untuk memanggil pesawat luar angkasanya agar dapat kembali pulang.
Melalui bantuan orang-orang sekitar, alien tersebut diminta untuk memohon
kepada Tuhan agar dapat menemukan remote
control-nya. Berbagai macam kekonyolan akibat ketidaktahuannya ia alami
saat proses pencarian tersebut, karena ia melibatkan berbagai macam agama,
hingga orang-orang memanggilnya Peekay (PK) yang artinya orang mabuk.
Cerita
berpindah di Bruges, Belgia. Seorang gadis India bernama Jaggu (Anushka Sharma)
jatuh cinta pada pemuda muslim dari Pakistan, Sarfaraz (Sushant Singh Rajput).
Ayah Jaggu (Parikshit Sahni) tidak menyetujui hubungan mereka dan memohon pada
guru spiritualnya, Tapasvi Maharaj (Saurabh Shukla) agar memisahkan mereka
berdua. Masalah pun datang antara Jaggu dan Sarfaraz, sehingga membuat Jaggu
pulang kembali ke India. Jaggu yang seorang jurnalis TV kemudian bertemu PK dan
mereka berdua pun menjadi akrab. Bahkan, Jaggu pun bersedia membantu PK dalam
upaya pencarian remote control itu. Petualangan mereka berdua yang penuh kekocakan pun dimulai.
PK
menganggap bahwa Tuhan tidak konsisten. Dia cuma ingin mendapatkan kembali
remote controlnya, tetapi cara mencarinya itu yang membuat bingung. Siapakah
Tuhan itu yang dianggap telah menyembunyikan barang berharga yang
dicarinya. PK bingung karena perbedaan agama-agama dalam menerjemahankan
Tuhan. PK menganggap bahwa pemuka agama adalah Manajer-nya Tuhan. Tuhan adalah
CEO sebuah Perusahaan. PK putus asa dan menangis. Dalam tangisnya dia
berdoa "Tuhan, tolong katakan dimana sebenarnya Engkau berada.
Manajer-manajer-u mengajarkan hal yang berbeda. Manajer mana yang benar, Tuhan?
Manajer satu mengatakan kalau masuk rumah ibadah harus lepas sandal, tetapi
Manajer lain sepatupun boleh dipakai. Manajer yang satu mengajarkan untuk
melipat tangan saat berdoa, yang lain mengajar berlutut. Aku bingung, Tuhan.
Meskipun begitu, aku tetap akan melakukan ajaran semua Manajer-Mu. Aku
sudah sangat kebingungan sekali, Tuhan. Aku pasti melakukan sesuatu yang salah,
yang membuat-Mu tak mendengarku. Tolong beritahu aku. Tunjukkanku jalannya. Aku
telah membunyikan bel untuk-Mu. Aku telah berbicara melalui pengeras suara
juga. Aku telah membaca kitab Gita, Al-Quran, dan ayat-ayat Injil. Tokoh
agama-Mu yang berbeda. Mengatakan hal yang berbeda dari yang satu dengan yang
lain. Yang satu bilang berkorban pada hari Senin, Yang lain bilang berkorban
pada hari Selasa, yang satu bilang berdoa sebelum matahari terbit, yang lain
bilang berdoa setelah matahari terbenam. Yang satu bilang ternak itu ibadah.Yang lain bilang berkorban itu ibadah. Siapa yang benar dan siapa
yang salah. Aku tak mengerti apa-apa. Dengan kesalahan datang ke sini. Aku ingin
pulang. Apapun yang Engkau katakan akan kulakukan. Kirim aku pulang saja.
Kumohon! Katakan sesuatu. Di mana Kau bersembunyi? Tolong beri aku jawaban.”
Maka PK
pun beribadah dengan cara berpindah - pindah ke semua rumah ibadah. Dalam film ini, PK juga mengkritisi penggunaan
simbol pakaian dari masing-masing agama yang sering digunakan untuk memberi cap
kepada orang yang mengenakannya. Ditampilkan 5 orang yang memakai pakaian
keagamaan dari 5 agama. PK meminta Tapasvi Maharaj (Pemimpin Hindu yang tersohor ceritanya) untuk menebak, agama
apa yang dianut oleh orang-orang itu. Dan jawaban Tapasvi Maharaj pasti juga
adalah jawaban dari kebanyakan kita. Namun, jawabannya salah besar. Agama
mereka bukan seperti pakaian simbolis yang mereka kenakan. Orang Kristen
memakai baju ikrom, orang Muslim memakai baju Pendeta Khatolik, dan Orang
Hindu memakai Hijab. Ya, itu yang sangat menarik dari film ini,
bagaimana ia menggelitik kita dengan menggunakan utusan Tuhan yang ia sebut
“manager” sebagai sorotan utama. Ya, itu mengapa di awal tadi gue sempat
menjelaskan sejenak potensi film ini karena ia punya power untuk membuat
penontonnya merasa bahwa cerita yang mereka saksikan telah menghina agama yang
mereka anut. Tidak, itu salah besar, PK tidak punya niat untuk merendahkan
Tuhan namun justru sebaliknya ia berhasil menjadikan Tuhan sebagia sorotan
utama yang mungkin selama ini lebih sering berada dibalik para “manager”
miliknya tadi. Itu yang gue suka dari film ini, ia tidak tampil secara
deskriptif sehingga kesan menggurui tidak kental dan mengganggu, ia tampil
dengan liar namun terus membakar imajinasi dan logika penontonnya dengan sisi
serius dan santai yang berjalan berdampingan, sampai sedikit pergeseran fokus
itu muncul.
“Ada 2 Tuhan. Pertama yang menciptakan kita semua. Kedua yang
diciptakan oleh orang sepertimu. Kita tak tahu tentang Tuhan yang menciptakan
kita semua. Tapi, Tuhan yang kau ciptakan itu Sama sepertimu. Pembohong,
berpura-pura. Memberi harapan palsu. Menghormati orang kaya. Mengabaikan orang
miskin. Bahagia saat dipuji. Orang-orang bahkan takut bersuara. Pesanku sangat
sederhana. Tuhan yang menciptakan kita semua. Percayalah pada-Nya. Dan Tuhan
yang kau ciptakan. Duplikat Tuhan itu. Musnahkanlah. Karena itu adalah salah
sambung yang paling berbahaya”
Akhir cerita PK benar-benar di luar
dugaan. Justru hal ini yang menjadikan menarik. Sedari awal, penonton telah
digiring bahwa PK adalah alien atau dalam bahasa maknanya adalah bayi. Bayi
tidak memiliki label agama di tubuhnya. Bayi dalam perkembangannya akan sering bertanya
pada segala hal. Dan bayi akan berbohong pertama kali pada orang yang
dicintainya. Hehee..
My Review
Seperti film 3 Idiots, Aamir Khan menjadi orang yang
bertingkah konyol dengan rawut wajah yang kosong. Dalam film ini banyak
aksi-aksi yang menyentil bidang keagamaan yang akan mengejarkan kita untuk
bertoleransi. Kita beragama bukan untuk mengklaim agama yang paling benar, tapi
beragama untuk menjadikan kita orang benar. Manusia itu lemah dan tidak
mengetahui apa-apa. Kebanyakan orang yang menyembah Tuhan memiliki delusi bahwa
ritual yang dilakukannya adalah pakem dan paling menyenangkan Tuhan. Sebenarnya
tidak. Manusia melakukan serangkaian aktivitas rohani karena mengikuti pedoman
dari patron yang mereka anggap dekat dengan Tuhan. Apabila rangkaian tersebut
terbatas pada aktivitas mekanis saja tanpa pemaknaan di dalamnya, maka hal
tersebut akan menjadi kosong. Manusia memang lemah namun
mereka juga memiliki insting bertahan untuk hidup. Insting bertahan hidup
tersebut tertulis di dalam jiwa manusia. Insting tersebut berhubungan dengan
harapan bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini. Biasanya, masalah ini
“digoreng” secara baik oleh orang yang mengaku dekat dengan Tuhan. Harapan
untuk lebih baik kadang dipangkas dengan sejumlah prasyarat. Hasrat untuk
menguasai, memaksakan isi pikiran, serta menyeragamkan kehendak menjadi tenar
ketika didukung oleh mayoritas.
Tentu, si pembuat film tidak bermaksud untuk menggoyahkan
imanmu. Melainkan justru memberi kita kesempatan berkontemplasi yang boleh jadi
bertujuan mengajak penonton mengenali lebih dalam ajaran agama masing-masing.
Lagipula, perkara mempertanyakan Tuhan ini cenderung untuk dikaitkan pada
fenomena sosial sekitar yang dewasa ini bahkan tidak lagi ragu-ragu melakukan,
katakanlah komersialisasi agama. Mengeruk uang dari masyarakat penuh ketakutan
maupun keragu-keraguan untuk kepentingan pribadi dengan dalih agama.
Menunjukkan betapa agama kerap kali disalahgunakan – dijadikan sebagai kedok
atau tameng – demi melegalkan tujuan tertentu. Bukankah ini sesuatu yang, terdengar
sangat familiar? Karena kita banyak menjumpainya di kehidupan sehari-hari
(marak di Indonesia!) Bagusnya, dalam menyuarakan sentilan-sentilunnya yang
begerak dalam area sensitif di PK, Rajkumar Hirani cenderung memanfaatkan teknik bercerita
yang sederhana, ringan, kocak, dan menyentuh sehingga kesan menceramahi yang
memungkinkan melukai hati penonton dapat terhindarkan. Kita tidak diajak untuk
mengutuk melainkan sekadar menertawakan kekonyolan-kekonyolan yang diperbuat
oleh manusia, bahkan diri sendiri. Karena pada akhirnya PK hanya
ingin mengajakmu bersenang-senang hanya saja lewat cara yang berbeda, thought-provoking dan inspiring. Kritikan yang disampaikan Rajkumar
Hirani ini memang jujur, mengena, dan membuat yang menontonnya menjadi berfikir
mengapa setiap agama yang berbeda saling membenci dan mencela, padahal memiliki
satu Tuhan yang sama, Tuhan yang menciptakan semua. Dari dua film ini, Rajkumar
Hirani telah membuktikan kualitasnya sebagai sutradara top Bollywood, dan
sangat ditunggu untuk karya-karya terbarunya.
So friends, please do not miss the movie. You will laugh, you will cry, and when you finish watching this film you will possibly ask your soul the same question that PK asks throughout the movie, “Who is God after all?”
Itu sih 3 film yang menginspirasi versi gue. Kebaca gak sih kalau what movie are you gue itu apa? Hehe, gue itu memang lebih suka film tentang perjuangan hidup. Ketiganya punya nilai itu. Kalau versi kalian apa?
xoxo,
Marcellina Rahmadini